Cerita Tobatnya Gito Rollis

Meninggalnya penyayi rock ternama, Gito Rollis (Bangun Sugito) beberapa hari yang lalu akibat penyakit yang dideritanya, membuat Penulis teringat kembali sebuah artikel Gito Rollis pada sebuah tabloid yang menceritakan titik balik dirinya dari seseorang yang henodisme (keduniawian) menjadi seorang yang agamis.

Ringkasan dari cerita tersebut berawal dari beberapa tahun sebelumnya Gito Rollis yang banyak bergaul di dunia kelam, merasa dikejar-kejar oleh seseorang yang ingin membunuhnya (tidak disebutkan apakah Gito Rollis pada saat itu terlibat masalah yang gawat sehingga hendak dibunuh). Gito pada saat itu sangat ketakutan sekali dan mencoba untuk bersembunyi dari satu tempat ke tempat yang lain.

Namun meski ia terus bersembunyi, Gito tetap saja merasa tidak aman dan merasa kematian sudah berada didekatnya, sehingga ia terus menerus mencari tempat persembunyian, hingga pada akhirnya Gito bertemu dengan seorang kiai yang memberinya nasehat, bahwa mati adalah pasti dan merupakan takdir manusia. Dan ketika saatnya tiba, kemanapun kita bersembunyi, kematian pasti akan menemukannya. Yang terpenting adalah bukan kapan dan dimana kita akan mati, melainkan apa yang akan terjadi setelah kita mati.

Dari petuah yang singkat tersebut hati nurani Gito tersentak menyadari dan ketakutan mulai berangsur hilang dari benaknya. Selanjutnya Gito mencoba memperdalam agama yang dianutnya, yaitu Islam. Namun ada kendala lain yang mengganjal dihatinya, yaitu Gito sudah terlanjur lama tenggelam didalam kenikmatan duniawi. Sulit baginya untuk menjalankan kesehariannya sebagai pemakai (kecanduan) obat-obatan terlarang sekaligus menjalankan perintah agamanya, yaitu sholat.

Sekali lagi Gito mendapatkan nasehat dari sang kiai yang mengatakan bahwa, menjalankan perintah agama dapat dilakukan secara berangsur-angsur dan bertahap tapi pasti. Dengan analogi jika dalam sehari ia mabuk sebanyak lima kali, maka cobalah esoknya dikurangi hanya empat kali dan yang satunya diganti dengan sholat satu kali. Selanjutnya mabuk-mabukan dikurangi satu kali lagi sehingga menjadi tiga kali dalam sehari dan sisanya diganti dengan sholat dua kali (waktu). Sampai pada akhirnya dalam satu hari tidak ada lagi kegiatan bermabuk-mabukan, dan yang ada hanyalah kegiatan beribadah.

Nasehat tersebut djalankan, dan benar-benar berhasil. Dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama dan tentunya dengan keinginan yang kuat, Gito dapat terlepas dari kemaksiatan dan berubah menjadi individu yang kesehariannya dipenuhi dengan kegiatan ibadah dan memperdalam agama. Tetapi cobaan kekuatan imannya juga sering datang menghampiri. Lama bergaul di dunia kelam membuat dirinya kadang tergoda untuk kembali mencicipi nikmatnya dunia. Tetapi Allah maha penyayang. Setiap kali ia mulai melenceng/tergoda dan kembali ke kebiasan lama, Gito selalu mendapatkan teguran dari yang maha kuasa berupa musibah dan ia pun kembali kepada jalan yang benar.

Sampai akhirnya Gito bertekad dan berjanji tidak akan pernah tergoda lagi dan membaktikan seluruh hidupnya untuk agama. Dan hingga beberapa waktu yang lalu, Gito Rollis yang semula adalah seseorang yang penuh dengan khilaf dan dosa, akhirnya meninggal dalam keadaan khusnul khotimah.

Pendapat Penulis :
Banyak orang yang baik agamanya karena memang ia berada di lingkungan keagamaan, misalnya anak seorang kiai/orang baik-baik, atau santri sebuah peantren yang tidak tergoda berbuat maksiat karena memang jauh atau tidak pernah melihat dan berada dilingkungan kemaksiatan itu sendiri.

Namun tidaklah mudah bagi sesorang yang sudah terbiasa pada kemaksiatan berhasil melepaskan diri keluar dari dunia kemaksiatan dan masuk kedalam dunia yang dipenuhi oleh amal dan ibadah seperti Gito Rollis.

Penulis turut berduka atas wafatnya Gito Rollis yang merupakan salah satu inspirator Penulis, dan semoga Allah SWT mengampuni segala kesalahan dan menerima segala amal ibadahnya dan ditempatkan di sebaik-baiknya tempat, yaitu surga, Amin.