Kerasnya Hidup Di Penjara


Menyambung artikel sebelumnya tentang kekerasan polisi didalam menginterogasi tahanan agar mengakui kesalahannya, pada postingan kali ini penulis kembali akan menyambung cerita kehidupan seorang teman dipenjara, dimana saat ini ia sudah menjalani 2 tahun dari 6 tahun vonis yang harus dijalaninya.

Menurut penuturannya, penyiksaan yang diterimanya dari oknum polisi ternyata hanyalah permulaannya saja, karena ternyata di dalam penjarapun ia harus menerima perlakuan yang buruk baik dari sesama napi ataupun dari sipir penjara.

Sehari-hari ia dimasukkan kedalam sebuah ruangan berukuran sempit bersama 40 orang penghuni lainnya dengan berbagai kasus seperti kasus pencurian, narkoba, penganiayaan, pembunuhan berencana, sampai dengan kasus asusila seperti pemerkosaan terhadap anak kandung sendiri. Di malam hari mereka harus bisa melipat tubuhnya agar bisa tidur diantara penghuni lainnya mengingat jumlah penghuni kamar yang ia tempati jumlahnya 2 kali dari kapasitas normal. Belum lagi lantai penjara yang dingin tanpa alas dan nyamuk-nyamuk yang setiap malam menggangu semakin menambah panjangnya malam yang harus dilalui.

Pada pagi harinya mereka diharuskan bangun pagi dan berolah raga. Dan kemudian pada saat mandi mereka harus antri dan berebut segayung atau dua gayung air karena pasokan air bersih yang terbatas, jadi jangan heran kalau penyakit kulit banyak menghinggapi tubuh mereka. Diwaktu sarapan, makan siang, atau makan malam pun tidak kalah menyedihkan. Jangan harap penghuni lapas dapat makan nasi dan lauk dengan layak atau sampai kenyang, karena sudah biasa bagi mereka makan hanya dengan singkong rebus sebesar jempol orang dewasa atau segenggam nasi dengan lauk sayur bening tanpa garam.

Berlanjut ke perlakuan sesama napi dan sipir penjara. Bagi penghuni baru lapas, biasanya diadakan semacam plonco oleh sesama napi terutama teman sesama satu kamar. Pukulan dan tendangan sepertinya sudah menjadi semacam upacara penyambutan kepada penguni baru. Belum lagi perlakuan lainnya seperti disuruh memijat penghuni lama setiap hari. Jika tidak bersedia, maka bersiap-siap saja dipaksa rame-rame meminum air WC/comberan yang biasanya ada didalam kamar penjara atau digebuk sampai teler.

Jika ada yang berbuat kesalahan seperti ketahuan berkelahi antar sesama napi, maka hukumannya selain dipukul juga dimasukkan kedalam ruang sempit tanpa cahaya dengan kaki dan tangan dirantai (dipasung). Disana hanya di beri makan dan minum tanpa diperbolehkan untuk mandi atau ke toilet selama berbulan-bulan.

Itu saja sekilas cerita tentang kehidupan di penjara yang disampaikan seorang napi beberapa waktu yang lalu Jika kembali kita bayangkan bagaimana kerasnya kehidupan dipenjara, maka tidak heran jika pada saatnya mereka keluar penjara, “terkadang” kita menemukan mereka lebih jahat dari sebelumnya dan kembali melakukan kesalahan yang sama karena selama bertahun-tahun mereka sudah terbiasa dengan kekerasan sehingga membentuk hati tanpa perasaan dan nurani.