Upacara Tradisional Jawa


Suku Jawa merupakan salah satu suku yang mempunyai banyak sekali ragam upacara. Berikut adalah beberapa jenis upaca adat suku Jawa :
  • Upacara Mitoni atau Tingkeban adalah upacara yang diselenggarakan bagi wanita hamil tujuh bulan. Tujuannya adalah untuk membentuk jiwa sang calon bayi semenjak ia masih didalam kandungan. Upacara ini diadakan pada hari Rabu atau Sabtu pada pertengahan bulan dari pukul Sembilan sampai pukul Sebelas pagi hari. Pada upacara ini sang calon ibu dimandikan oleh orang tuanya, kakek neneknya, dan keluarga yang dituakan lainnya. Air yang digunakan untuk mandi merupakan campuran air dan beberapa jenis kembang (kembang setaman) yang dipetik dari satu kebun.
  • Upacara Tedak Siten merupakan upacara yang diperuntukan bagi bayi pada saat pertama kali ia diijinkan untuk menyentuh tanah atau menginjak bumi. Upacara ini diadakan pada saat bayi sudah berumur sekitar 254 hari, dan pada pagi hari dihalaman depan rumah.
  • Upacara Ruwatan, merupakan upaca untuk mengusir setan atau tolak bala. Upacara ini ditujukan agar anak-anak terbebas dari segala marabahaya, gangguan, kecelakaan, dan lain-lain. Banyak orang Jawa percaya bahwa sebuah keluarga yang memiliki hanya satu anak, atau dua anak baik sejenis atau berlawanan jenis, atau lima anak dengan jenis kelamin yang sama harus mengadakan upacara ini. Jika tidak maka sang anak akan ditelan oleh raksasa jahat. Kepercayaan ini sudah ada sejak jaman kerajaan Majapahit.
  • Upacara Sunatan atau Tetesan merupakan upacara yang diperuntukan bagi anak laki-laki. Orang tua harus menyunat anak laki-lakinya sebagai tandai kesiapannya menjadi anak laki-laki yang tumbuh dewasa.
  • Rangkaian upacara perkawinan. Upaca perkawinan adat Jawa terdiri dari beberapa tahapan, dimulai dari memandikan calon pengantin yang disebut dengan Siraman, sehari sebelum pesta pernikahan. Kemudian dilanjutkan dengan upacara Malam Midodareni, merupakan malam dimana sang calon pengantin wanita dipingit atau tidak boleh dilihat oleh calon pengantin laki-laki.