Pengalaman Ikut Training Marketing

Beberapa waktu yang lalu Penulis mengikuti semuah pelatihan marketing dengan biaya kantor. Pelatihan tersebut diadakah dari jam 1 sampai jam 4 sore dengan pembicara (yang konon katanya) terkenal dan merupakan salah satu 5 besar pembicara di Indonesia.

Pelatihan marketing saat ini memang lagi trend di Indonesia. Biasanya pembicara juga merupakan penulis buku-buku marketing yang banyak dijual di pasaran, dan salah satu bentuk pemasaran yang mereka lakukan adalah dengan cara keliling kota mengadakan acar seminar.

Setelah mengikuti dari awal akhir pelatihan, Penulis menyimpulkan bahwa apa yang disampaikan oleh pembicara tersebut hampir sama dengan apa yang disampaikan oleh beberapa pembicara pelatihan marketing lainnya. Intinya adalah untuk meningkatkan suatu pemasaran diperlukan suatu “inovasi dan kreatifitas” untuk menjaga dan menarik pelanggan lebih banyak lagi.

Topik pembicaraan yang sebenarnya sudah sering disampaikan oleh pembicara lain namun dengan cara yang berbeda membuat apa yang disampaikan menjadi terasa hambar dan basi. Dan yang lebih parah lagi adalah sebenarnya pembicara sendiri tidak memiliki pengalaman marketing di suatu perusahaan atau memiliki prestasi yang patut diacungkan jempol sehingga mereka layak untuk mengajari orang lain tentang marketing.

Mungkin berbeda dengan pelatihan lain (misal seminar kesehatan, komputer, dll) yang pembicaranya memang dari tenaga ahli atau orang yang berpengalaman atau menggeluti bidang tertentu, pembicara marketing biasanya hanya menceritakan kembali keberhasilan orang lain dalam dunia marketing, dan bukannya menceritakan pengalaman mereka sendiri.

Penulis sendiri sebenarnya hanya mengidolakan salah satu ahli marketing terbaik asal Amerika. Disebut terbaik karena ia benar-benar seorang marketer yang terjun ke lapangan dan ia bukanlah seorang yang memiliki jabatan penting disebuah perusahaan yang memiliki omset sekali penjualan mencapai jutaan dollar. Ia hanyalah seorang SALES PERSON biasa dari sebuah dealer mobil merek Chevrolet yang dengan tekniknya mampu menjual mobil Chevrolet satu hari sama banyaknya dengan penjualan satu bulan sales person lainnya dengan merek yang sama.

Ia kemudian menjadi milyuner, bukan dari gajinya sebagai direktur perusahaan, melainkan hanya dari bonus atau komisi atas mobil yang berhasil dijualnya. Dan yang lebih hebatnya lagi, teknik pemasaran yang yang ia gunakan sangat sederhana dan tidak muluk-muluk.

Baca juga : Olah gambar