Kuncup Hati Layu Pasti


Dalam sebuah perjalanan dinas yang cukup jauh beberapa tahun yang lalu, telah memaksa penulis dan seorang rekan menginap satu malam di sebuah kota kecil. Malam harinya ketika waktu makan malam tiba, kami keluar dari penginapan dan mencoba mencari sebuah warung makan demi mengganjal perut yang agaknya mulai keroncongan.

Entah mengapa ketika melintasi sebuah rumah dengan kerlap-kerlip lampunya diantara keremangan malam yang sepi, telah membuat kami tertarik untuk masuk kedalam sekedar untuk melihat tempat apakah gerangan dan berpikir mungkin ada sedikit hidangan disana yang dapat kami santap sekedar untuk mengusir lapar dimalam yang semakin dingin.

Ternyata tempat itu adalah sebuah kafe kecil yang menawarkan pengunjungnya hiburan berupa live musik orgen tunggal dengan ditemani minuman keras dan wanita pendamping (hostes). Terlanjur masuk kesana, kami pun mengambil tempat duduk agak pojokan agar dapat melihat suasana kafe dengan lebih leluasa. Dapat terlihat diantara temaramnya lampu, beberapa wanita muda berpakaian terbuka duduk disebuah meja, mungkin ada sekitar 6 orang, namun anehnya tak satupun terlihat pengunjung laki-laki disana kecuali dua orang yaitu kami sendiri.

Beberapa saat kemudian pelayan menghampiri untuk menawarkan pesanan, dan sambil sedikit tersenyum ia pun berlalu menuju bartender untuk mengambil apa yang kami pesan. Nampaknya ia merasa sedikit aneh ketika mendengar kami hanya memesan coca-cola dingin dan sepiring kentang goreng plus sambal ditempat seperti ini. Ya, terus terang meskipun penulis bukanlah penikmat kehidupan malam sejati yang gemar menghabiskan malam dengan munuman keras dan wanita-wanita cantik, namun penulispun bukanlah sosok yang kaku dan anti hiburan, apalagi kalau hanya sekedar menikmati musik ditemani softdrink dan makanan ringan.

Tak lama kemudian pesananpun datang, dan kemudian salah satu dari wanita pendamping tadi maju ke depan dan menyanyikan sebuah lagu dari Nike Ardila yang dinyanyikan dengan baik sekali untuk menghibur kami, hingga sampailah pada giliran seorang wanita muda dan cantik tampil kedepan menggantikan temannya, menyanyikan sebuah lagu lama era tahun 80 an yang sudah lama sekali tidak terdengar hingga malam itu. Wanita cantik tersebut menyanyikan sebuah lagu dari Dian Pisesha berjudul Kuncup Hati Layu Pasti dengan sangat penuh perasaan. Berikut lirik lagunya :

Bunga-bunga kini telah layu
Daun-daun pun enggan berbisik
Bulan Bintang menjadi saksi
Hampanya hati kini kurasa

Maafkanlah aku kekasih
Relakan ku pergi darimu
Lelah sudah aku menangis
Merintih pedih dalam hati

Kekasih ku…. tempuhlah hidupmu yang baru
Puaskan apa yang engkau inginkan
Bahagia ku doakan

Biarkanlah diriku
Dengan jalanku sendiri
Dengan luka dan duka hatiku
Biarkan ku sendiri

Ulangi dari awal 1 x

Sesaat penulis termenung meresapi arti dari setiap kata lirik lagu tersebut. Mungkinkah lirik lagu tersebut memang menceritakan kehidupan cintanya yang kuncup dan kemudian layu tak jadi berkembang, karena bukan rahasia lagi kebanyakan wanita-wanita seperti mereka mempunyai cerita masa lalu yang suram yang menghantarkan mereka ke dunia yang sekarang sebagai pelarian.

Satu jam telah berlalu, kamipun kembali ke penginapan dan berencana untuk pulang ke kota pada keesokan harinya. Namun entah mengapa didalam hati tetap tersisa sepenggal tanya, mungkinkah disuatu saat nanti penulis tetap dapat bertemu dengan wanita-wanita cantik yang selalu berusaha untuk tetap terlihat riang dan tersenyum itu, ditempat dan keadaan yang lebih baik dari semalam.

Untuk mendownload mp3 lagu diatas klik disini. Download lagu-lagu lawas lainnya disini.