Nyogok Bikin SIM C


Jawab dengan jujur, apakah Surat Izin Mengemudi (SIM) yang anda miliki saat ini murni didapatkan dari prosedur yang sebenarnya melalui tes pengetajuan dan praktek, atau melalui calo / nembak / nyogok / jalan pintas ?

Menurut pengalaman penulis jarag sekali ada orang yang mendapatkan SIM sesuai dengan prosedur. Memang boleh jadi lebih murah, tetapi waktu yang dibutuhkan memakan waktu berminggu-minggu bahkan bisa berbulan-bulan. Padahal dijaman sekarang ini waktu sangatlah berharga sekali.

Beberapa tahun yang lalu Penulis pernah ikut tes untuk mendapatkan SIM C (motor) di kota kelahiran. Ada dua tahap yang harus dilalui yaitu tes pengetahuan tentang peraturan lalu lintas ditambah pemeriksaan kesehatan, dan tes praktek mengendarai sepeda motor.

Tes pertama berhasil dengan mulus dilalui oleh Penulis, bahkan mungkin merupakan peserta dengan nilai tertinggi karena sebelumnya Penulis sempat membaca buku tentang tes mendapatkan SIM yang banyak dijual di Toko Buku. Namun siang harinya saat mengadapi tes mengendarai sepeda motor, Penulis gagal total.

Bagaimana tidak gagal, peserta ujian diharuskan mengendarai motor melewati susunan balok yang ditegakkan baik dengan arah lurus, zig-zag, bahkan berputar-putar membuat lingkaran. Yang lebih parahnya lagi jarak antar balok adalah sekitar 70 centimeter dan peserta tidak diperbolehkan berhenti / terjatuh / menyenggol balok tersebut sebanyak tiga kali. Meskipun sebenarnya Penulis sudah berpengalaman mengendarai motor namun tetap saja gagal.

Penasaran dengan kegagalan tersebut, Penulis melihat aksi paeserta lain yang ternyata terdiri dari berbagai lapisan umur seperti para ibu-ibu, remaja (putri dan putra), dan dewasa. Setelah 2 jam menonton, hasilnya dari 20 peserta hanya 1 yang lolos dan berhak mendapatkan SIM C. sedangkan sisanya harus mengulang minggu depan.

Satu minggu telah berlalu, dan Penulis pun ikut tes ulang, namun bersama peserta sebelumnya tetap saja gagal dan gagal lagi. Setelah kurang lebih tiga bulan berulang kali gagal dalam ujian praktek, akhirnya Penulis mendekati salah satu Penguji (Polisi) dan memberanikan diri untuk nembak langsung alias nyogok. Setelah tawar menawar harga, akhirnya disepakati biaya sebesar sebesar Rp 250.000,- diluar harga resmi dan SIM pun bisa langsung keluar hari itu juga. Singkat cerita, akhirnya seluruh peserta tes yang gagal juga mendapatkan SIM C, dengan cara yang sama dengan Penulis.

Pendapat Penulis : Hanya seorang pembalap profesional saja yang bisa lulus dalam ujian praktek tersebut. Bagaimana tidak, ujian SIM C tersebut sama halnya dengan atraksi yang dilakuakn oleh para profesional sejati (melewati rintangan yang hanya berjarak 70 cm dengan cara zig-zag) Jagan harap ada peserta yang lulus, apalagi jika pesertanya adalah Ibu-Ibu, remaja putri, atau orangtua. Lha salah satu pembalap jalanan yang Penulis kenal saja tidak lulus dalam ujian tersebut. Kecurigaan Penulis, jangan-jangan tes tersebut memang dirancang supaya tidak ada peserta yang berhasil (!!?).